Saturday, February 6, 2016

Tanah Turki sudah dijejak. Sentiasa ada sayu yang mengekori, seakan-akan membasuh segala luka di jiwa. 

Minggu lepas, beberapa teman rapat sudah pulang ke Malaysia. Mereka pulang dengan senyuman berbalut duka di mata. Hanya aku yang pulang awal, tidak sanggup melihat mereka masuk ke perut kapal terbang. Bimbang yang jatuh nanti air mata juga.

Sungguh perjalanan ini baru bermula, saat teman rapat pulang, saat teman makan semeja dari UTEM juga pulang. 

Perlahan perjalanan ini mengajar aku. Mengembalikan aku ke tempat sepatutnya, mengacu memukul aku untuk berfikir. Dan aku tahu masih terlalu banyak yang menanti di hadapan. 

Perjalanan ini adalah perjalanan mencari diri. Seperti Tia, Dani, Awen dan Mariah yang terlalu banyak mengajar aku, walaupun kenal hanya dua hari.

Dani sempat menitipkan pesan lewat makan malam yang lalu. "Bawalah pulang sesuatu". Dan aku tahu matanya benar-benar memaksudkan ia. 

Oh Tuhan, siapa lagi yang akan Engkau utuskan?

Engkau tahu, memandang matahari tenggelam dari jambatan di Eminonu juga bisa membuat hati aku menangis. Terlalu indah. Sehingga tidak dapat aku gambarkan dengan kata-kata.

Dan jika nanti engkau menjejak kaki di sini, pastikan engkau saksikan sendiri matahari tenggelam itu. Saat langit berubah menjadi kemerahan, burung-burung mengepak sayap dan keriuhan ramai orang di Eminonu; ada yang sibuk makan kebab, atau melayan kucing-kucing gemuk sekitarnya atau riuh penjual memanggil pelanggan. Saksikan juga pemancing-pemancing di sini. Terlalu indah. Terlalu indah. 

Dan ya. Perjalanan ini masih panjang, hatta selepas aku pulang nanti. Moga ada yang tersisa di hatiku sendiri. Moga moga.



0 comments:

Post a Comment